Ternyata menulis itu kebutuhan bagi gue.






Setelah sekian lama vakum dari tulis menulis, sekarang gue merasa bahwa menulis adalah suatu kebutuhan. Banyak hal yang ga bisa gue ungkapkan secara lisan dan harus disadari juga, tidak semua orang sudi mendengarkan ataupun mampu menjadi pendengar yang baik menurut standar gue. Walaupun punya pendengar yang baik, gue juga cukup tau diri bahwa mereka ga selalu punya waktu untuk kita toh?
 
Akibat memendam keluh kesah yang berakumulasi, kegalauan gue menjadi tak berujung bahkan meradang. Batin tersiksa, tidur tak bisa, hidup tidak tenang, pikiran melayang, nafsu makan hilang (eehh udah udah, lebay ini mah, ga se-tragis ini hidup gue hahaa).
Gue engga tau kepribadian gue termasuk ke dalam golongan introvert atau engga. Tapi nampaknya engga, gue tetep bersosialisasi dengan orang lain kok. Yaa tapi entahlah, mungkin psikolog yang mempunyai kapasitas untuk menjawab pertanyaan ini.
Yang jelas menurut gue menulis adalah cara yang tepat bagi orang-orang seperti gue untuk mengekspresikan diri.
 
Menulis juga bisa membantu kita meningkatkan daya ingat, misalnya menulis diary. Setelah beraktivitas seharian ga ada salahnya kita mengingatnya kembali lalu menuliskan segala sesuatu yang terjadi sepanjang hari itu ke dalam diary secara runtut. Nah, diary bisa berfungsi sebagai alat perekam. Gue emang ga bisa menjelaskannya secara ilmiah tentang apa yang terjadi di dalam otak kita saat proses tersebut berlangsung. Cuma mau sedikit meninjau dari sisi manfaat berdasarkan pengalaman semasa SMA, dimana gue selalu nulis diary sepulang sekolah. Bercerita tentang semua yang terjadi di sekolah sampai 3 jilid bahkan. Penting atau engga isi cerita bukan masalah, toh tidak dimaksudkan untuk konsumsi publik. Dengan begitu, selain dapat menekan tingkat kegalauan, gue selalu inget banyak momen beserta urutan waktunya.
 
Semenjak kuliah, gue sama sekali engga pernah nulis diary lagi. Terasa banget bedanya. Sekarang lebih pikun, bahkan kadang engga bisa ngebedain kejadian yang terjadi kemarin atau tadi, pokoknya banyak momen terlupakan begitu aja dan mengidap radang galau.
 
Pelajaran yang bisa dipetik adalah, "menulislah". Apa pun itu, tulis saja, engga perlu takut dibilang norak atau apalah.
Mereka hanya belum paham. Tapi kalau belum kebal menerima respon orang lain yang menjatuhkan mental, disarankan menulislah di media yang aman. Aman dari jangkauan tangan jahil mulut ember (TJME). Misalnya dengan menggunakan notasi atau kode tertentu yang diciptakan sendiri, cara ini memiliki tingkat keamanan tinggi, sebab hanya kau dan Tuhan yang tau. Selain itu, menggunakan bahasa asing juga dapat diterapkan, cara ini memiliki tingkat keamanan sedang.
Cara yang memiliki tingkat keamanan paling rendah adalah membiarkan diary dengan bahasa yang berlaku di daerah setempat dan menyimpannya di tempat yang mudah terjangkau TJME.

About Me


dian ratna sari. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Sampah Pikiranku...

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger